ISLAM
DAN PSIKOTERAPI
HERLINA FITRIANA
A.
KASUS
Sebelum
kita membahas mengenai Islam dan Psikoterapi, disini saya terlebih dahulu akan menyajikan
sebuah cerita, cerita ini diambil dari kisah nyata dari sebuah buku yang pernah
saya baca. Cerita ini menceritakan tentang “kesulitan
penyesuaian diri dan psikosomatik” Nama-nama yang ada dalam cerita ini
sudah disamarkan atau bukan nama sebenarnya. Berikut kisahnya :
Udin seorang insinyur pertambangan
menghabiskan hari-harinya di tengah lautan. Jauh dari keluarga terutama istri
dan anak-anaknya. Karena pekerjaan ini pula Udin tidak bisa mengamati
perkembangan anak-anaknya. Udin memiliki seorang istri yang baik dan dua orang
anak (laki-laki dan perempuan) yang selalu mengharapkan kehadiran dirinya
dirumah. Namun, rasa rindu terhadap suami dan ayah itu terkadang hilang begitu
saja. Hal ini disebabkan karena setiap kali pulang Udin tidak membawa keriangan
bagi anak dan istrinya tapi malah sebaliknya. Udin seringkali pulang dengan
keadaan marah-marah dan selalu mengkritik segala hal yang ada di rumahnya.
Sikap Udin tersebut selalu dimaklumi oleh istrinya dan kedua anaknya. Terlebih
istri Udin selalu meminta anak-anaknya untuk bersabar dan memahami keadaan
ayahnya yang jarang pulang dan bekerja jauh dari rumah.
Permasalahan timbul ketika Udin dan
keluarganya nyaris mengalami kecelakaan. Walaupun seluruh keluarganya selamat
dan terhindar dari kecelakaan tersebut, namun Udin selalu dihantui rasa
bersalah karena kecerobohannya, Udin hampir membawa keluarganya dalam sebuah
tragedi. Setelah itu dia seringkali merasakan sakit pada beberapa bagian
tubuhnya. Karena harus tetap bekerja, akhirnya dia berusaha berobat pada
beberapa orang dokter. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya dokter menyarankan Udin
untuk menemui psikiater untuk mendapatkan pengobatan. Udin juga sudah melakukan
beberapa pengobatan alternatif, tapi sama saja, Badannya terasa sakit dan
semakin parah saja, akhirnya Udin pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan
seorang psikoterapis Islami.
Setelah melakukan beberapa sesi
konsultasi barulah terungkap segala permasalahan yang menekan perasaannya. Tak
hanya perasaan dan keiginan Udin tapi juga perasaan dan keinginan serta
pandangan istrinya terhadap suaminya. Pada awal sesi konsultasi Udin
mengeluhkan pekerjaannya. Udin sudah merasa lelah dan jemu dengan pekerjaan
tersebut. Terutama harus jauh dari keluarga yang disayanginya. Namun pekerjaan
ini terpaksa harus ia jalani karena memberikan penghasilan yang besar untuk
keluarganya dan dari pekerjaan tersebut Udin membuka beberapa usaha yang
dikelola oleh anak laki-lakinya. Hal ini dilakukan sebagai persiapan untuk mata
pencaharian baru ketika ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Selama dalam pengobatan tersebut
otomatis interaksi Udin dengan anak-anak dan istrinya menjadi lebih banyak.
Permasalahan mengenai pekerjaan lambat laun berkurang. Tapi keluhan yang muncul
selanjutnya adalah behubungan dengan penyesuaian dirinya dengan lingkungan
baru, yaitu kedua anaknya dan istrinya sendiri, hal ini juga berhubungan dengan
posisinya sebagai kepala keluarga. Menurut istrinya, Udin akan tampak sehat
setelah menjalankan sesi konsultasi tapi setiap kali permasalahan muncul maka
penyakitnya pun kambuh lagi.
Udin seringkali menyalahkan istrinya
atas sikap anaknya yang baginya tidak menghargai dirinya sebagai kepala
keluarga dengan selalu membela anaknya walaupun berbuat suatu hal yang baginya
adalah suatu kesalahan. Istrinya sulit memberikan penjelasan karena selama ini
peraturan yang berlaku di keluarga selalu terjalin tanpa keikutsertaan
suaminya. Ketika persinggungan terjadi antara dirinya dengan anak laki-lakinya
yang memberikan pinjaman uang usahanya pada seorang kawannya. Udin merasa
kecewa karena istrinya tidak membelanya namun justru membela anaknya.
Kekecewaan Udin bertambah ketika terjadi perlawanan dari anaknya yang
menyatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa dan tidak merugikan usaha,
karena selama ini usaha yang dijalankan lancar-lancar saja dan tidak pernah
mengalami kerugian. Menurut istrinya, Udin terlalu kerasa dan sensitif kepada
kedua anaknya. Khususnya berhubungan dengan kecemasan yang berlebihan terhadap
anak perempuannya. Selama ini anak perempuannya tersebut memang selalu pergi
les private diantar oleh supir
sendirian. Tentu saja sikap ini tidak hanya mempersulit keadaan tapi juga
menambah beban pikiran bagi Udin sendiri di satu sisi dan anggota keluarga
keluarga yang lain disisi yang lain.
B.
TEORI
1.
Psikopatologi
Psikologi modern telah menemukan berbagai macam ketidaknormalan jiwa
seseorang yang mempengaruhi perasaan, pikiran kelakuan dan kesehatan fisik.
Kondisi perasaan yang tidak menyenangkan seperti frustasi (perasaan tertekan),
konflik jiwa (pertentengan batin), cemas /anxiety (semacam ketakutan yang amat
sangat tidak jelas sebabnya dan tidak mudah mengatasinya). Hal-hal semacam ini
juga di pengaruhi oleh adanya kepribadian yang tidak sehat dalam diri manusia
atau bisa juga disebut sebagai ganggaun kepribadian. Gangguan kepribadian ini
kemudian akan membentuk kepribadian yang buruk, dalam peristilahan psikologi
perspektif islam hal ini disebut dengan psikopatologi. Dalam Mujib (2006),
suatu hal dikatakan psikopatologi karena memiliki dua ciri utama:
a.
Perilaku
itu dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri individu, disebabkan adanya
simptom-simptom patologis seperti kecemasan, kegelisahan, keresahan,
kebimbangan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, konflik, keterasingan,
kemurungan dan kemalasan.
b.
Prilaku
itu mengandung dosa yang dilarang oleh Allah Swt. Semua kepribadian buruk
dilarang oleh-Nya dan siapa yang melanggarnya maka ia mendapatkan siksa-Nya.
Prilaku ini mengotori jiwa manusia, berupa titik-titik (nuktah) hitam yang
menodai kesucian dan kecemerlangan hati sanubari.
Salah satu dari psikopatologi yang ada dan
berhubungan dengan kasus yang telah di bahas sebelumnya adalah psikosomatis. Psikosomatis atau disebut
juga dengan gangguan somatoform yaitu
suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (seperti; nyeri, mual dan
pusing) dimana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Atau disebut juga gangguan psikosomatik
yang artinya gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf
vegetatif, karena manusia bereaksi secara holistik maka gangguan jiwa
senantiasa sedikit atau banyak mempunyai komponen somatik (Ardani, 2008).
Psikoterapi dapat dilakukan untuk membantu
seseorang dalam mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan
strategi alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka, terapi dapat
dilakukan secara individu atau kelompok. Secara tradisional psikoterapi dan
psikoanalisis telah digunakan untuk mengobati gangguan psikosomatik. Dalam
terapi psikoterapi islami, semua kelainan tersebut di katakan dengan satu
istilah saja, yaitu “penyakit hati”, tidak diuraikan kepada kelompok-kelompok
penyakit seperti yang dipopulerkan oleh pakar psikologi abnormal belakangan
ini. Sebelum membahas tema diskusi kita mengenai Islam dan Psikoterapi, di
bawah ini terlebih dahulu kita simak apa pengertian dari psikoterapi secara
umum dan psikoterapi islami.
2.
Psikoterapi dilihat dalam dua perspektif
James
P. Chaplin (dalam kamus psikologi : 2009) lebih jauh membagi pengertian
psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan
sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada
kesulitan-kesulitan penyesuain diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi
mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan nonformal atau
diskusi personal dengan guru atau teman.
Pada
pengertian di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit
mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas
jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri
lebih efektif terhadap lingkungannya. Dengan demikian, tugas utama psikoterapis
di sini adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien
serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang.
Oleh karena itu, boleh jadi psikoterapis yang dimaksudkan di sini adalah para
guru, orang tua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat
curahan hati serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.
Sebenarnya
pengertian psikoterapi secara umum dan psikoterapi islam tidaklah jauh berbeda,
keduanya sama-sama membahas mengenai sebuah perlakukan yang ditunjukan untuk
mengobati mental/jiwa yang sakit. Namun disini Zakiah Daradjat (dalam bukunya “Psikoterapi Islami” : 2002), mengatakan
tujuan dari Psikoterapi Islami adalah untuk membatu proses pencapaian tujuan
manusia agar sehat jasmani, rohani dan berakhlak mulia berdasarkan ajaran agama
Islam, serta menikmati kebahagiaan hidup di dunia yang diridai Allah SWT. Dan
mempersiapkan diri untuk mencapai kebahagiaan di akhirat yang dijanjikan-Nya.
Bimbingan konseling dan psikoterapi islami didasarkan pada ajaran Islam, yang
diisyaratkan dalam Al-Quran dan Hadits sebagai pegangan dan pedoman dasar yang
harus dimiliki psikoterapis Islam.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas mengenai psikoterapi, baik secara umum maupun
secara keislaman, psikoterapi merupakan sarana penyembuhan gangguan pada mental
ataupun jiwa. Dalam islam, gangguan-gangguan sekitar kejiwaan itu disebut
dengan penyakit hati. Adapun penyakit-penyakit hati yang mengganggu ketenangan
jiwa seperti penyakit riya (narcissistic), was-was, pesimis, tamak,
teperdaya, ujub (memuji diri), dendam dan dengki, dan marah.
C.
Pembahasan dan Analisis Kasus
Kembali pada kasus mengenai Udin di atas,
setelah diidentifikasi ada 3 hal yang terjadi yaitu : Pertama keadaan Udin yang tidak memberikan kenyamanan dalam rumah
dan selalu ingin marah-marah. Kedua Udin
tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarganya. Ketiga Udin mengalami psikosomatis dikarenakan kecemasan yang
berlebihan terhadap anak-anaknya.
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||
KETERANGAN
:
1)
Kepribadian
Pemarah (ghadhab)
Gejala
perilaku pemarah sama dengan orang yang berpenyakit paranoid, yang secara
keliru mempersepsikan orang lain sebagai ancaman, padahal sesungguhnya ia tidak
ingin berbuat jahat. Karena itu, ia mengambil sikap bermusuhan dengan orang
lain, agar ego dirinya tidak terusik. Pemarah tidak memiliki pertimbangan
pikiran yang sehat, bahkan ia cendrung berpikir pendek. Seorang yang berstatus
pemarah tidak memiliki kontrol diri yang baik, baik dalam ucapan maupun
perbuatan, bahkan ia cendrung berpikir negatif (negative thinking) trhadap
maksud baik orang lain (Mujib, 2006).
Menurut
al-Ghazali (dalam Mujib : 2006) mengatakan penyakit ghadhab (pemarah) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas,
yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran usnsur kelembaban atau basah dalam
diri manusia. Dengan itu pengobatan gangguan ini bukan dilawan dengan
kemarahan, melainkan dengan kelembutan dan nasihat-nasihat yang baik. Sabda
Nabi Saw. Riwayat Abu Dawud dinyatakan:
“Sesungguhnya
marah itu dari setan, dan setan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api itu
dapat dipadamkan dengan air, maka barang siapa yang marah hendaklah berwudhu”.
Hadits
tersebut selain menunjukkan sumber penyakit marah, juga menunjukkan bagaimana
terapinya. Wudhu dijadikan sebagai terapi penyakit marah, karena air yang
dibasuhkan pada bagian-bagian wudhu dapat mendinginkan dan menghilangkan
ketegangan urat syaraf. Selain itu, wudhu mengingatkan psikis manusia agar
berzikir kepada Tuhan-nya, sebab zikir dapat menyembuhkan penyakit batin.
2)
Maladataptation
Berdasarkan
kasus Udin di atas, Udin sulit untuk melakukan penyesuaian dengan keluarganya
sendiri. Udin tidak bisa menerima kebiasaan yang terjadi di dalam rumahnya
sendiri dan masih terobsesi dengan kebiasaan yang ada dalam khayalannya. Udin
juga nampak tidak mengamati perkembangan anaknya, tiba-tiba saja Udin menutut
anaknya untuk berprilaku sesuai dengan apa yang diharapkannya. Anak merasa
terganggu dengan kedatangan ayahnya dirumah. Hal ini membuat anak marah
kemudian mereka bertengkar. Keadaan ini yang kemudian memicu penyakit Udin
untuk kambuh.
Perilaku
Udin yang tidak bisa menyesuaikan diri ini dalam peristilahan psikologi disebut
maladaptation. Chaplin (dalam kamus psikologi : 2009) menjelaskan
bahwa maladaptation merupakan
kegagalan satu species dalam
mengembangkan dirinya dalam kelangsungan kehidupan yang sukses (ketidakmampuan
mencocokkan diri).
Terapi
yang perlu diberikan kepada Udin adalah sebuah pembiasaan dan penerimaan. Udin
sekarang harus dapat menerima kebiasaan baru yang berbeda dengan keadaan di
laut. Hal lain yang perlu ditumbuhkan adalah pemahamannya sendiri terhadap
permasalahan yang dihadapinya, yaitu dengan mencoba mengajak untuk meyakini
bahwa sebagai seorang muslim, sikap putus asa sangat tidak dianjurkan.
Udin harus tetap bersyukur karena
walaupun dalam kesulitan tersebut Udin masih memiliki istri yang baik dan
pintar, sehingga mampu membimbing anak-anaknya dengan baik, juga anak-anak yang
sehat dan keluarga yang lengkap. Dengan bersyukur dan tidak terlalu terobsesi
dengan harta maka perlahan-lahan Udin bisa menyesuaikan diri dengan keadaan
yang baru di dalam keluarganya.
Syukur adalah proses kejiwaan, dan ungkapan
batin atas apa yang diperolehnya tidak hanya dalam bentuk materi namun juga
diluar hal tersebut seperti kesehatan, kecerdasan, jabatan, kedudukan,
penghargaan dan sebagainya. Syukur itu merupakan bukti dari kesehatan mental
seseorang. Allah berjanji akan menambah nikmat-Nya bagi orang yang bersyukur.
Firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 :
Yang Artinya“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur; pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
Yang Artinya“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur; pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
3)
Psikosomatis
Secara
umum Udin tampak sakit dan merasa tidak nyaman. Hal ini menyebabkan fisiknya
menjadi lemah. Kemudian keadaan ini memaksanya untuk melakukan serangkaian
pengobatan. Masalah kemudian berkembang, khususnya berhubungan dengan
kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumahnya sendiri. Hal ini membuat kesehatan
Udin semakin menurun.
Gangguan
psikosomatis atau disebut juga dengan gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala
fisik dimana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Adapun sifat atau gangguan kepribadian yang
seringkali menyertai psikosomatis ini adalah ditandai oleh ciri penghindaran,
paranoid, mengalahkan diri sendiri, dan obesesif kompulsif.
Dalam
kasus ini tampak sekali betapa sulitnya memperoleh keyakinan kepada Allah, dan
bagaimana melatih diri untuk mampu menerima ketentuan Allah. Berapa lama ia
menderita penyakit yang menyebabkannya mengunjungi berbagai dokter yang ahli
dibidangnya. Setelah penyakit jasmaninya sembuh, dia harus berjuang lagi untuk
melatih jiwanya (dirinya) agar mau menyerahkan segalanya pada Allah. Adapun
terapi yang diberikan kepadda Udin adalah terapi ruqyah.
Psikoterapi ruqyah adalah proses pengobatan dan
penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan
melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan kata lain psikoterapi ruqyah berarti suatu terapi penyembuhan dari
penyakit fisik maupun gangguan kejiwaan dengan psikoterapi dan konseling Islami
dan menggunakan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah
merupakan terapi dengan melafadzkan doa baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah
untuk menyembuhkan suatu penyakit (Al-Munawar, 2002).
“Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) Al-Qur’an.” (H. R. Ibnu Majah).
“Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) Al-Qur’an.” (H. R. Ibnu Majah).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munawar,
H.A.S (2002). Al-Qur'an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta:
Ciputat Press.
Ardani, A. T.
(2008). Psikiatri Islam. Malang : UIN Malang Press
Chaplin, J.P.
(2009). Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Daradjat, Z. (2002). Psikoterapi
Islami. Jakarta: Bulan Bintang
Mujib, A. (2006).
Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar