BIMBINGAN
DAN KONSELING ISLAMI
IMANIAR AIDUL YUDHYA ERNANDA
- DEFINISI
DAN TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Bimbingan
islami adalah proses bantuan yang diberikan secara ikhlas kepada individu atau
sekelompok individu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
dan untuk menemukan serta mengembangkan
potensi-potensi mereka melalui usaha mereka sendiri, baik untuk kebahagiaan
pribadi maupun kemaslahatan sosial.
Konseling
Islami adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka
memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-kesulitan
rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya
sendiri, karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan
YME. Sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan
hidup saat sekarang dan masa depannya (H.M. Arifin).
Konseling
islami adalah proses bantuan yang berbentuk kontrak pribadi antara individu
atau sekelompok individu yang mendapat kesulitan dalam suatu masalah dengan
seorang petugas profesional dalam hal pemecahan masalah, pengenalan diri,
penyesuaian diri, dan pengarahan diri untuk mencapai realisasi secara optimal
sesuai ajaran islam (Anwar Sutoyo, 2007).
Tujuan Bimbingan
dan Konseling Islami adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu
dapat berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi yang
kaffah, dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya dalam
kehidupan sehari-hari berupa kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam
melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan
mamatuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain
untuk meningkatkan iman, islam, dan ikhsan individu yang dibimbing.
Tujuan jangka
pendek bimbingan dan konseling Islami adalah terbinanya iman (fitrah) hingga
membuahkan amal saleh yang dilandasi dengan keyakinan yang benar, yaitu:
- Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang harus selalu tunduk dan patuh pada
segala aturan-Nya.
- Selalu
ada kebaikan (hikmah) di balik ketentua Allah yang berlaku atas dirinya.
- Manusia
adalah hamba Allah yang harus beribadah hanya kepada-Nya sepanjang hayat.
- Ada
fitrah (iman) yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia, jika fitrah
iman dikembangkan dengan baik, akan menjadi pendorong, pengendali, dan
sekaligus pemberi arah bagi fitrah jasmani, rohani, dan nafs akan
membuahkan amal saleh yang menjamin kehidupannya selamat di dunia dan
akhirat.
- Esensi
iman bukan sekedar ucapan dengan mulut, tetapi lebih dari itu adalah
membenarkan dengan hati dan mewujudkan dalam amal dan perbuatan.
- Hanya
dengan melaksanakan syariat agama secara benar, potensi yang dikaruniakan
Allah kepadanya bisa berkembang optimal dan selamat dalam kehidupan di
dunia dan akhirat.
- Agar individu dapat melaksanakan syariat islam dengan benar, maka ia harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memahami dan melaksanakan kandungan kitab suci Al Quran dan Sunnah Rasul.
- LANDASAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Landasan Islam
menjadi acuan bimbingan dan konseling, yaitu:
a.
Allah
meridhai Islam sebagai filsafat hidup (QS. Ali Imran: 19, 85. QS. Al Maidah: 3,
QS. Ar Rum: 30, QS. Shaff: 7).
·
QS. Ali Imran: 19
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
وَمَااخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ
الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَاتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ
سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai)
disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al
Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
·
QS. Ali Imran: 85
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.
·
QS. Al Maidah: 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
·
QS Ar Rum: 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا
ۚفِطْرَتَ الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
الَّهِ ۚذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
b.
Al Quran
adalah sumber ajaran Islam yang utama (QS. AL Baqarah: 2, 185).
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ
فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ
بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا
هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya)
di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
c.
Al Quran
adalah sumber bimbingan, nasehat, dan obat untuk menanggulangi
permasalah-permasalahan (QS. Yunus: 57, QS. Al Isra: 82).
·
QS Yunus: 57
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي
الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
·
QS AL Isra: 82
َنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ
شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙوَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَار
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
d.
Para Rasul
dan Nabi adalah konselor dan terapis yang diutus Allah (QS. Al Jumu’ah: 2, QS.
Al Baqarah: 151).
·
QS. Al Jumuah: 2
هُوَ الَّذِي
بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ
قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As
Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
·
QS. Al Baqarah: 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا
مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu
dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui.
e.
Allah
adalah Maha Konselor dan Maha Terapis. Tidak ada kemampuan siapapun dan apapun
dalam membantu manusia lain memecahkan masalahnya yang akan melebihi bantuan
yang diberikan Allah kepada kalbu manusia yang diberiNya petunjuk (QS. Yunus:
108-109).
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا
كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ
يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ
اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ
عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (108
Katakanlah: "Hai manusia,
sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu
barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk
kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya
kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga
terhadap dirimu.
Dan ikutilah apa yang diwahyukan
kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim
yang sebaik-baiknya.
f.
Adanya
kewajiban mencari jalan menuju kepada perbaikan dan perubahan, dengan cara:
1)
Adanya
kesungguhan dan perjuangan (QS. Al Maidah: 35).
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada
jalan-Nya supaya kalian mendapat keberuntungan.
2)
Bertanya
kepada ahlinya (QS. AN Nahl: 43).
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ
الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang
yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
3)
Kewajiban
tolong-menolong dalam mengadakan perbaikan dan menuju ketaqwaan ( QS. Al
Maidah: 2).
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
g.
Manusia
akan bermasalah akibat meninggalkan ketentuan dan hukum-hukum Allah sebagaimana
tertera dalam Al Quran (QS. Al Maidah: 44, 45, 47).
·
Al Maidah
ayat 44:
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.
·
Al Maidah
ayat 45:
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
·
Al Maidah
ayat 47:
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
- TEORI
DAN PRAKTEK BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Sejalan dengan
kebutuhan akan bentuk aplikatif konseling islami, perlu digali referensi Islam
tentang bagaimana cara menghadapi hidup supaya tenteram dan bahagia. Pada
prinsipnya, referensi Islam untuk membimbing manusia untuk hidup bahagia
amatlah banyak, bahkan dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh ajaran Islam
justru tujuannya agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Persoalannya
adalah bagaimana dalil-dalil yang terdapat pada Al Quran dan Hadist
dioperasionalkan dalam praktek konseling. Untuk ini dibutuhkan berbagai model
konseling yang dikembangkan dan dipraktekkan para ahli konseling islami.
Secara garis
besar, praktek bimbingan dan konseling islami, sebagai berikut:
QS. An Nahl: 125
اُدْعُ اِلٰـى
سَبِيْـــلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَـــةِ الْحَسَنَـةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَـنُ قلى اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ عَنْ سَبِيْـــلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَـــــدِيْن
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Berdasarkan ayat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling islami dapat dilakukan
dengan dua cara, antara lain:
- Pembimbing
atau konselor membimbing konseli dengan cara mengambil pelajaran atau
keteladanan dari kehidupan para Nabi, Rasul, dan para sahabat. Dalam
menggunakan metode ini, pembimbing dan konselor harus menguasai sejarah,
riwayat hidup, dan perjuangan para Nabi, Rasul, dan para sahabat.
Keteladanan
dapat diambil dari sumber-sumber pokok ajaran Islam maupun dari pakar-pakar
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
- Pembimbing
atau konselor dapat berdiskusi atau bahkan berkonfrontasi dengan konseli,
tentunya dengan kata-kata yang baik, bantahan dan sanggahan yang mendidik
dan menentramkan. Hal ini dapat dilakukan untuk membantu konseli yang
sedang dalam kebimbangan dan keragu-raguan dalam mengambil keputusan.
Konselor mengajak konseli berdialog untuk menumbuhkan kekuatan dan keyakinan
untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan sesuai hati nuraninya serta
menghilangkan keraguan, prasangka, dan was-was terhadap Allah. Seperti
yang tercantum dalam Konsep
Pendidikan Karakter Berbasis Psikologi Islam karangan Prof. Abdul Mujib,
manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah memberikan
potensi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar manusia dapat
menangkap, memahami, mencerna, menganalisis, dan mengetahui sesuatu yang
datang dari luar. Maka pada dasarnya setiap konseli mempunyai potensi yang
dapat digali oleh konselor.
PENDEKATAN
BK ISLAMI
Konseling Islami dalam pelaksanaannya
bersifat eklektik atau tidak terikat pada satu pendekatan saja. Penggunaan
pendekatan konseling akan disesuaikan dengan karakter dan masalah konseli.
Konselor dapat melakukan pendekatan
direktif, di mana konselor lebih banyak berperan sebagai orang yang memberikan
masukan atau pilihan penyelesaian masalah yang dapat ditempuh oleh konseli.
Dalam hal ini tentu saja konselor harus memberikan masukan sesuai dengan
tuntunan Al Quran dan Hadist. Di situasi lain, konselor dapat juga menggunakan
pendekatan non direktif, di mana konseli didorong melakukan muhasabah atau
evaluasi diri, merenungi sikap dan perilakunya saat ini, mana yang sudah sesuai
ajaran Islam, mana yang tidak sesuai. Konseli didorong untuk memikirkan apa
yang terbaik untuk dirinya sehingga dapat mencapai ketentraman dan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Dapat juga dilakukan direktif maupun non- direktif secara
bersamaan.
TAHAPAN
KONSELING
Tahapan
konseling individual secara umum, antara lain:
1. Membangun hubungan (rapport)
Membangun
hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling karena konselor dan konseli
harus saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional. Pada tahapan ini, konselor
harus menunjukkan bahwa dirinya dapat dipercaya dan kompeten untuk membantu
konseli. Tahapan ini juga merupakan kunci keberhasilan proses konseling secara
keseluruhan. Konselor tidak boleh memberikan kesan bahwa konseli adalah orang
yang bermasalah dan konselor derajatnya lebih tinggi dan lebih baik sehingga
akan membantu konseli. Konselor diharapkan dapat membina hubungan “a working
relationship”, yaitu membangun hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna.
Konselor dapat menunjukkan perhatian, penerimaan, penghargaan, dan empatinya
sehingga konseli akan merasa nyaman dan sengan sukarela terbuka mengenai
dirinya dan masalahnya.
2. Identifikasi
Apabila
hubungan baik telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah mulai
mengidentifikasi dan mendiskusikan sasaran spesifik perubahan tingkah laku
seperti apa yang diinginkan konseli. Hal yang penting dalam tahap ini adalah
bagaimana keterampilan konselor dapat mengidentifikasi dan mengungkap masalah
yang urgent dan didiagnosa secara cermat. Seringkali konseli tidak jelas dalam
mengungkapkan masalahnya dan membutuhkan keterampilan konselor untuk
mengidentifikasi dan mengklarifikasinya.
3. Fasilitasi
Langkah
selanjutnya adalah konselor dan konseli memikirkan dan mendiskusikan alternatif
pemecahan masalah konseli. Konselor juga dapat membantu konseli untuk muhasabah
atau evaluasi diri, merenungi sikap dan perilakunya saat ini, mana yang sudah
sesuai ajaran Islam, mana yang tidak sesuai. Konseli didorong untuk memikirkan
apa yang terbaik untuk dirinya sehingga dapat mencapai ketentraman dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Mengeksplorasi tujuan hidup dan hakeket hidupnya
dan merumuskan tujuan jangka pengdek dan panjang. Konseli juga diharapkan
menggunakan hati/kalbu dalam melihat masalah, mendorong konseli untuk menyadari
dan menerima kehidupan yang diberikan Allah dan selalu bersandar dan berdoa
meminta dibukakan jalan keluar kepada Allah. Yang khas dalam Bimbingan dan
Konseling Islami adalah adanya proses berdoa dalam setiap tahapan konseling.
Doa
mempunyai makna yang penting bagi kehidupan individu. Doa bukan hanya
menyangkut spiritual individu, tetapi juga menyangkut fisik-biologis dan
psikis. Implikasi berdoa secara rohaniah adalah agar orang yang menjalankannya
mendapatkan ketenangan jiwa dan selalu optimis dalam menghadapi berbagai
probema kehidupan. Berdoa juga dapat membentuk kesehatan mental individu. Doa
adalah obat bagi penyakit rohaniah, seperti takut, cemas, ragu-ragu, dan
lain-lain, lebih-lebih ketika sedang ditimpa kesusahan, kesulitan, malapetaka,
dan lain-lain.
Aisyah
R.A. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Doa bemanfaat bagi hal-hal yang
telah terjadi dan dia bermanfaat bagi hal-hal yang belum terjadi, karena
sesungguhnya ketika cobaan datang dan sebuah doa bertemu dengannya, maka
keduanya akan terus-menerus berusaha saling mengalahkan satu sama lain hingga
hari kiamat”.
Dalam
QS. Al Fatihah, “Iyya kana’ buduwaiya kanastain” yang berarti hanya Engkau yang
kami sembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan. Maka sudah
sepatutnya ketika kita mempunyai masalah dan kesulitan tidak ada tempat lain
untuk mengadu selain daripada Allah. Ketika doa-doa yang kita panjatkan pun
belum dikabulkan, bukan berarti Allah mengabaikan doa kita. Boleh jadi memang
keadaan itu yang paling baik untuk kita.
4. Evaluasi
Langkah
terakhir adalah mengevaluasi proses konseling secara keseluruhan. Indikator
keberhasilan proses konseling antara lain: menurunnya tingkat kecemasan
konseli, adanya perubahan perilaku dan pemikiran konseli ke arah yang positif,
dan adanya rencana hidup di masa mendatang.
- KARAKTERSTIK
KONSELOR
1. Seorang yang mendalami dan mendapatkan
pendidikan bidang konseling atau profesi konselor
2. Mempunyai pemahaman ajaran Islam yang
memadai
3. Seorang yang cara hidupnya layak
diteladani
4. Mempunyai keinginan yang kuat dan ikhlas
untuk membantu orang lain
5. Menyadari kelemahan pribadinya
6. Memegang kode etik profesi konselor
7. Selalu menambah ilmunya terkait
konseling maupun ilmu agama
DAFTAR PUSTAKA
Erhamwilda.
Konseling Islami. 2009. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Khabib,
Ahmad. 2013. Analisis Materi Bimbingan dan Konseling Islam. IAIN Walisongo
Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar