Kamis, 25 Februari 2016

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI (IMANIAR AIDUL YUDHYA ERNANDA)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
IMANIAR AIDUL YUDHYA ERNANDA

  1. DEFINISI DAN TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Bimbingan islami adalah proses bantuan yang diberikan secara ikhlas kepada individu atau sekelompok individu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan untuk  menemukan serta mengembangkan potensi-potensi mereka melalui usaha mereka sendiri, baik untuk kebahagiaan pribadi maupun kemaslahatan sosial.
Konseling Islami adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri, karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan YME. Sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depannya (H.M. Arifin).
Konseling islami adalah proses bantuan yang berbentuk kontrak pribadi antara individu atau sekelompok individu yang mendapat kesulitan dalam suatu masalah dengan seorang petugas profesional dalam hal pemecahan masalah, pengenalan diri, penyesuaian diri, dan pengarahan diri untuk mencapai realisasi secara optimal sesuai ajaran islam (Anwar Sutoyo, 2007).
Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu dapat berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi yang kaffah, dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya dalam kehidupan sehari-hari berupa kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan mamatuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain untuk meningkatkan iman, islam, dan ikhsan individu yang dibimbing.
Tujuan jangka pendek bimbingan dan konseling Islami adalah terbinanya iman (fitrah) hingga membuahkan amal saleh yang dilandasi dengan keyakinan yang benar, yaitu:
  • Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang harus selalu tunduk dan patuh pada segala aturan-Nya.
  • Selalu ada kebaikan (hikmah) di balik ketentua Allah yang berlaku atas dirinya.
  • Manusia adalah hamba Allah yang harus beribadah hanya kepada-Nya sepanjang hayat.
  • Ada fitrah (iman) yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia, jika fitrah iman dikembangkan dengan baik, akan menjadi pendorong, pengendali, dan sekaligus pemberi arah bagi fitrah jasmani, rohani, dan nafs akan membuahkan amal saleh yang menjamin kehidupannya selamat di dunia dan akhirat.
  • Esensi iman bukan sekedar ucapan dengan mulut, tetapi lebih dari itu adalah membenarkan dengan hati dan mewujudkan dalam amal dan perbuatan.
  • Hanya dengan melaksanakan syariat agama secara benar, potensi yang dikaruniakan Allah kepadanya bisa berkembang optimal dan selamat dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
  • Agar individu dapat melaksanakan syariat islam dengan benar, maka ia harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memahami dan melaksanakan kandungan kitab suci Al Quran dan Sunnah Rasul.
  1. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Landasan Islam menjadi acuan bimbingan dan konseling, yaitu:
a.       Allah meridhai Islam sebagai filsafat hidup (QS. Ali Imran: 19, 85. QS. Al Maidah: 3, QS. Ar Rum: 30, QS. Shaff: 7).

·         QS. Ali Imran: 19
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ وَمَااخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَاتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
·         QS. Ali Imran: 85
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
·         QS. Al Maidah: 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا 
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
·         QS Ar Rum: 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚفِطْرَتَ الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الَّهِ ۚذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

b.      Al Quran adalah sumber ajaran Islam yang utama (QS. AL Baqarah: 2, 185).

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

c.       Al Quran adalah sumber bimbingan, nasehat, dan obat untuk menanggulangi permasalah-permasalahan (QS. Yunus: 57, QS. Al Isra: 82).

·         QS Yunus: 57
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
·         QS AL Isra: 82
َنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙوَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَار
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

d.      Para Rasul dan Nabi adalah konselor dan terapis yang diutus Allah (QS. Al Jumu’ah: 2, QS. Al Baqarah: 151).

·         QS. Al Jumuah: 2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
·         QS. Al Baqarah: 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

e.       Allah adalah Maha Konselor dan Maha Terapis. Tidak ada kemampuan siapapun dan apapun dalam membantu manusia lain memecahkan masalahnya yang akan melebihi bantuan yang diberikan Allah kepada kalbu manusia yang diberiNya petunjuk (QS. Yunus: 108-109).

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107) قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (108
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.

f.       Adanya kewajiban mencari jalan menuju kepada perbaikan dan perubahan, dengan cara:
1)      Adanya kesungguhan dan perjuangan (QS. Al Maidah: 35).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kalian mendapat keberuntungan.

2)      Bertanya kepada ahlinya (QS. AN Nahl: 43).

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

3)      Kewajiban tolong-menolong dalam mengadakan perbaikan dan menuju ketaqwaan ( QS. Al Maidah: 2).

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

g.      Manusia akan bermasalah akibat meninggalkan ketentuan dan hukum-hukum Allah sebagaimana tertera dalam Al Quran (QS. Al Maidah: 44, 45, 47).

·         Al Maidah ayat 44:
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.
·         Al Maidah ayat 45:
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
·         Al Maidah ayat 47:
Dan barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

  1. TEORI DAN PRAKTEK BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Sejalan dengan kebutuhan akan bentuk aplikatif konseling islami, perlu digali referensi Islam tentang bagaimana cara menghadapi hidup supaya tenteram dan bahagia. Pada prinsipnya, referensi Islam untuk membimbing manusia untuk hidup bahagia amatlah banyak, bahkan dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh ajaran Islam justru tujuannya agar manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Persoalannya adalah bagaimana dalil-dalil yang terdapat pada Al Quran dan Hadist dioperasionalkan dalam praktek konseling. Untuk ini dibutuhkan berbagai model konseling yang dikembangkan dan dipraktekkan para ahli konseling islami.
Secara garis besar, praktek bimbingan dan konseling islami, sebagai berikut:
QS. An Nahl: 125
اُدْعُ اِلٰـى سَبِيْـــلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَـــةِ الْحَسَنَـةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَـنُ قلى اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْـــلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَـــــدِيْن
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling islami dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain:
  1. Pembimbing atau konselor membimbing konseli dengan cara mengambil pelajaran atau keteladanan dari kehidupan para Nabi, Rasul, dan para sahabat. Dalam menggunakan metode ini, pembimbing dan konselor harus menguasai sejarah, riwayat hidup, dan perjuangan para Nabi, Rasul, dan para sahabat.
Keteladanan dapat diambil dari sumber-sumber pokok ajaran Islam maupun dari pakar-pakar yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
  1. Pembimbing atau konselor dapat berdiskusi atau bahkan berkonfrontasi dengan konseli, tentunya dengan kata-kata yang baik, bantahan dan sanggahan yang mendidik dan menentramkan. Hal ini dapat dilakukan untuk membantu konseli yang sedang dalam kebimbangan dan keragu-raguan dalam mengambil keputusan. Konselor mengajak konseli berdialog untuk menumbuhkan kekuatan dan keyakinan untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan sesuai hati nuraninya serta menghilangkan keraguan, prasangka, dan was-was terhadap Allah. Seperti yang tercantum dalam  Konsep Pendidikan Karakter Berbasis Psikologi Islam karangan Prof. Abdul Mujib, manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah memberikan potensi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar manusia dapat menangkap, memahami, mencerna, menganalisis, dan mengetahui sesuatu yang datang dari luar. Maka pada dasarnya setiap konseli mempunyai potensi yang dapat digali oleh konselor.
PENDEKATAN BK ISLAMI
Konseling Islami dalam pelaksanaannya bersifat eklektik atau tidak terikat pada satu pendekatan saja. Penggunaan pendekatan konseling akan disesuaikan dengan karakter dan masalah konseli.
Konselor dapat melakukan pendekatan direktif, di mana konselor lebih banyak berperan sebagai orang yang memberikan masukan atau pilihan penyelesaian masalah yang dapat ditempuh oleh konseli. Dalam hal ini tentu saja konselor harus memberikan masukan sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadist. Di situasi lain, konselor dapat juga menggunakan pendekatan non direktif, di mana konseli didorong melakukan muhasabah atau evaluasi diri, merenungi sikap dan perilakunya saat ini, mana yang sudah sesuai ajaran Islam, mana yang tidak sesuai. Konseli didorong untuk memikirkan apa yang terbaik untuk dirinya sehingga dapat mencapai ketentraman dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dapat juga dilakukan direktif maupun non- direktif secara bersamaan.
            TAHAPAN KONSELING
            Tahapan konseling individual secara umum, antara lain:
1.      Membangun hubungan (rapport)
Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling karena konselor dan konseli harus saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional. Pada tahapan ini, konselor harus menunjukkan bahwa dirinya dapat dipercaya dan kompeten untuk membantu konseli. Tahapan ini juga merupakan kunci keberhasilan proses konseling secara keseluruhan. Konselor tidak boleh memberikan kesan bahwa konseli adalah orang yang bermasalah dan konselor derajatnya lebih tinggi dan lebih baik sehingga akan membantu konseli. Konselor diharapkan dapat membina hubungan “a working relationship”, yaitu membangun hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Konselor dapat menunjukkan perhatian, penerimaan, penghargaan, dan empatinya sehingga konseli akan merasa nyaman dan sengan sukarela terbuka mengenai dirinya dan masalahnya.
2.      Identifikasi
Apabila hubungan baik telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah mulai mengidentifikasi dan mendiskusikan sasaran spesifik perubahan tingkah laku seperti apa yang diinginkan konseli. Hal yang penting dalam tahap ini adalah bagaimana keterampilan konselor dapat mengidentifikasi dan mengungkap masalah yang urgent dan didiagnosa secara cermat. Seringkali konseli tidak jelas dalam mengungkapkan masalahnya dan membutuhkan keterampilan konselor untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasinya.
3.      Fasilitasi
Langkah selanjutnya adalah konselor dan konseli memikirkan dan mendiskusikan alternatif pemecahan masalah konseli. Konselor juga dapat membantu konseli untuk muhasabah atau evaluasi diri, merenungi sikap dan perilakunya saat ini, mana yang sudah sesuai ajaran Islam, mana yang tidak sesuai. Konseli didorong untuk memikirkan apa yang terbaik untuk dirinya sehingga dapat mencapai ketentraman dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Mengeksplorasi tujuan hidup dan hakeket hidupnya dan merumuskan tujuan jangka pengdek dan panjang. Konseli juga diharapkan menggunakan hati/kalbu dalam melihat masalah, mendorong konseli untuk menyadari dan menerima kehidupan yang diberikan Allah dan selalu bersandar dan berdoa meminta dibukakan jalan keluar kepada Allah. Yang khas dalam Bimbingan dan Konseling Islami adalah adanya proses berdoa dalam setiap tahapan konseling.
Doa mempunyai makna yang penting bagi kehidupan individu. Doa bukan hanya menyangkut spiritual individu, tetapi juga menyangkut fisik-biologis dan psikis. Implikasi berdoa secara rohaniah adalah agar orang yang menjalankannya mendapatkan ketenangan jiwa dan selalu optimis dalam menghadapi berbagai probema kehidupan. Berdoa juga dapat membentuk kesehatan mental individu. Doa adalah obat bagi penyakit rohaniah, seperti takut, cemas, ragu-ragu, dan lain-lain, lebih-lebih ketika sedang ditimpa kesusahan, kesulitan, malapetaka, dan lain-lain.
Aisyah R.A. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Doa bemanfaat bagi hal-hal yang telah terjadi dan dia bermanfaat bagi hal-hal yang belum terjadi, karena sesungguhnya ketika cobaan datang dan sebuah doa bertemu dengannya, maka keduanya akan terus-menerus berusaha saling mengalahkan satu sama lain hingga hari kiamat”.
Dalam QS. Al Fatihah, “Iyya kana’ buduwaiya kanastain” yang berarti hanya Engkau yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan. Maka sudah sepatutnya ketika kita mempunyai masalah dan kesulitan tidak ada tempat lain untuk mengadu selain daripada Allah. Ketika doa-doa yang kita panjatkan pun belum dikabulkan, bukan berarti Allah mengabaikan doa kita. Boleh jadi memang keadaan itu yang paling baik untuk kita.
4.      Evaluasi 
Langkah terakhir adalah mengevaluasi proses konseling secara keseluruhan. Indikator keberhasilan proses konseling antara lain: menurunnya tingkat kecemasan konseli, adanya perubahan perilaku dan pemikiran konseli ke arah yang positif, dan adanya rencana hidup di masa mendatang.
  1. KARAKTERSTIK KONSELOR
1.      Seorang yang mendalami dan mendapatkan pendidikan bidang konseling atau profesi konselor
2.      Mempunyai pemahaman ajaran Islam yang memadai
3.      Seorang yang cara hidupnya layak diteladani
4.      Mempunyai keinginan yang kuat dan ikhlas untuk membantu orang lain
5.      Menyadari kelemahan pribadinya
6.      Memegang kode etik profesi konselor
7.      Selalu menambah ilmunya terkait konseling maupun ilmu agama


DAFTAR PUSTAKA

Erhamwilda. Konseling Islami. 2009. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Khabib, Ahmad. 2013. Analisis Materi Bimbingan dan Konseling Islam. IAIN Walisongo Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar