ISLAM
DAN MOTIVASI HIDUP
UMMI FADHILAH ROMSI
A. Motivasi
Dalam Pandangan Psikologi Barat
Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk
bertindak melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tanpa
motivasi seseorang cenderung untuk bermalas-malasan perlunya motivasi dalam
diri seseorang sebagai pendorong,
kemampuan, menentukan arah dan menyeleksi tingkah laku. Adapun kemampuan itu
sendiri merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan yang di hasilkan dari
bawaan sejak lahir atau dari hasil pengalaman.
Di kalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi
diantaranya:
1.
Motivasi Maslow (Hirarki kebutuhan)
Teori Maslow Maslow, membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling
dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum,
perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman
ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan
akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka
tidak lagi bekerja.
c. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal,
maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi
dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan
dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik,
rekreasi bersama dan sebagainya.
d. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai
atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta
efektifitas kerja seseorang.
e. . Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling
tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang
sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian
dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri
ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan
perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri
senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan
dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih
rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang
penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi
motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk
pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya
intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu
akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua
mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih
mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
2. Motivasi ber Prestasi dari Mc. Clelland
Konsep penting lain dari teori motivasi yang
didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi
menurut Mc Clelland seseorang dianggap mempunyai apabila dia mempunyai
keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi Mc.
Clelland menguatkan pada tiga kebutuhan yaitu :
a. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan
mengambil tugas yang dapat dipertanggung
jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan
tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan
sesuatu secara kreatif dan inovatif.
b .Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat.
c. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang
c. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang
ingin
mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar
pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan
membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan
kedudukannya.
3. Motivasi menurut Sigmund Freud
Menurut Freud berdasarkan teori
psikoanalisa menyatakan bahwa sebuah tingkah laku digerakkan dan dimotivasi
oleh sebuah energi yang di bawa sejak lahir. Freud membagi kepribadian menjadi
3 aspek yaitu :
1. Id yaitu
aspek biologis
2. Ego yaitu
aspek psikologis
3. Super Ego yaitu
aspek sosiologis
Energi
yang menggerakkan tingkah laku adalah libido. Libido merupakan energy yang di
pakai oleh insting-insting hidup untuk menjalankan tugasnya.Insting hidup
menurut Freud adalah seks yang bertempat di dalam Id. Libido di artikan juga energy yang secara bergantian memotivasi tingkah laku lahiriah
maupun batiniah.
Berbagai
bentuk motivasi yang di jelaskan oleh beberapa tokoh psikologi barat bersifat
duniawi dan bersifat jangka pendek. Mereka beranggapan bahwa kehidupan setelah
di dunia sudah berakhir sehingga apa yang
di lakukan tidak terencana dengan baik kalaupun tujuan sudah tercapai namun hakikatnya semua seperti
sia-sia. Motivasi menjadi
pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang, sehingga ia mampu mengatasi
inferioritas yang benar-benar dirasakan dan mencapai superioritas yang lebih
baik. Makin tinggi motivasi hidup seseorang, maka makin tinggi pula intensitas
tingkah lakunya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif..Menurut DR. Abdul Mujib
pada dasarnya motivasi dalam Islam tidak terlepas dari tahapan kehidupan
manusia yaitu:
1. Pra-
kehidupan (Alam Perjanjian/”Alam Alastu)
Pada alam ini terdapat rencana dan design Tuhan yang memotivasi
kehidupan manusia di dunia. Isi motivasinya mengandung amanah yang besar
berkaitan dengan tugas dan peran kehidupan manusia di dunia. Sebagaimana firman
Allah (QS. Az-Zariat: 56)
وَمَا
خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku
2. Kehidupan
Dunia
Kehidupan di dunia adalah bentuk aktualisasi atau realisasi diri
terhadap amanah yang telah diberikan ketika alam pra kehidupan. Kualitas
seseorang di tentukan oleh kualitas pemenuhan amanah yang diberikan
3. Pasca-
Kehidupan (Yaum al-akhirah)
Pada kehidupan ini setiap individu dimintai pertanggung jawaban atas
pemberian amanah selama di dunia apakah sudah sesuai dengan pedoman Al-Qur’an
dan Hadits.
Sebagaimana firman Allah (QS. Al-Ahzab: 72)
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا
وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ
ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢
“Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh”
Amanah dalam arti
etimologi berarti kepercayaan atau titipan. Sedangkan maksud amanah adalah
titipan atau kepercayaan Allah yang di
bebankan (taklif) kepada manusia untuk menjadi hamba dan khalifah di muka bumi.
Motivasi ada karena di dahului niat yang kuat. Miftah
Faridl berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif , karena pengertian
niat ada dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan
jenis perbuatan ibadah seperti sholat Niat yang kedua dalam arti tujuan
adalah maksud dari sesuatu perbuatan (motif). Pada prakteknya kata motivasi dan
niat hampir sama–sama dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan
(need), desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan.
Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah pada Allah Semua aspek
kehidupan bisa bernilai ibadah ketika diniatkan karena
Motivasi yang kuat akan
melahirkan perilaku yang kuat dalam upaya mencapai harapan dan tujuan. Perilaku
bisa di artikan juga sebagai ikhtiar, Ikhtiar – dalam bahasa Arab – berakar
dari kata khair, yang artinya baik. Maka, segala sesuatu baru bisa dipandang
sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan. Ikhtiar
bukan sekadar usaha yang bebas dipilih dan ditentukan sendiri, namun ia adalah
bagian dari upaya sangat serius untuk memperoleh kepastian spiritual dalam
segala pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan. Sehingga dapat di tarik
kesimpulan bahwa Ikhtiar atau usaha
merupakan suatu langkah atau perbuatan manusia untuk mencapai apa yang
diinginkannya atau yang dicita-citakannya.Dalam berikhtiar, manusia tidak perlu
memikirkan tentang takdir yang akan berlaku pada dirinya. Sebab setiap orang
tidak mungkin akan mengetahui nasibnya di masa yang akan datang. Yang
terpenting bagi seorang manusia yaitu berikhtiar dengan sekuat tenaga, tidak
boleh berpangku tangan, atau menunggu takdir yang baik. Allah swt telah
berfirman bahwa nasib suatu kaum/umat akan berubah apabila umat/kaum itu
sendiri yang merubahnya. Allah berfirman dalam Surat Ar-Ra’ad : 11
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ
مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا
مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia”
Dalam Al-Qur’an disebutkan beberapa
motivasi aktivitas hidup seseorang. Namun motivasi yang dapat dibenarkan adalah
:
1. Tidak
ada motivasi atau tendensi apapun dalam ibadah, hidup dan mati ini kecuali
semata-mata karena Allah. Firman Allah SWT:
قُلْ إِنَّ
صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS
Al-An’am :162)
2. Semata-mata
ikhlas karena Allah SWT, sebab hal itu merupakan bentuk beragama yang benar.
Firman Allah SWT:
وَمَآ أُمِرُوْ~ا إِلاَّ
لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا
الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ {5}
Artinya: padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang
demikian itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah: 5)
3. Untuk
mencapai kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan terhindar
dari siksaan api neraka. Firman Allah:
وَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Artinya: “Dan diantara mereka ada orang yang
bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
Dari beberapa penjelasan yang
berkaitan dengan motivasi hidup dapat di tarik pemahaman bahwa motivasi yang di
kemukakan para ahli psikologi barat hanyalah untuk memuaskan nafsu yang
bersifat keduniawian saja sehingga esensi ketercapaian tujuan hanya bersifat
sementara, sedangkan dalam Islam setiap manusia sejak di alam ajali sudah
memiliki amanah yang besar dari sang pencipta untuk bisa menjalankan perannya
sebagai khalifah di dunia sehingga lahirlah motivasi hidup yang di dahului
dengan niat di aplikasikan dalam bentuk ikhtiar dan hasil sepenuhnya
dikembalikan kepada sang maha Khalik semua semata-mata di lakukan dalam
kerangka ibadah untuk mempertanggungjawabkan amanah yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, M.Ag. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Hurlock,Elizabeth B, Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta,
Erlangga 1991.
Maslow, Abraham H, Motivation and Personality,
New York: Harper and Row Pub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar