Kamis, 25 Februari 2016

ISLAM DAN PSIKOTERAPI (HERLINA FITRIANA)

ISLAM DAN PSIKOTERAPI
HERLINA FITRIANA

A.      KASUS
Sebelum kita membahas mengenai Islam dan Psikoterapi, disini saya terlebih dahulu akan menyajikan sebuah cerita, cerita ini diambil dari kisah nyata dari sebuah buku yang pernah saya baca. Cerita ini menceritakan tentang “kesulitan penyesuaian diri dan psikosomatik” Nama-nama yang ada dalam cerita ini sudah disamarkan atau bukan nama sebenarnya. Berikut kisahnya :
Udin seorang insinyur pertambangan menghabiskan hari-harinya di tengah lautan. Jauh dari keluarga terutama istri dan anak-anaknya. Karena pekerjaan ini pula Udin tidak bisa mengamati perkembangan anak-anaknya. Udin memiliki seorang istri yang baik dan dua orang anak (laki-laki dan perempuan) yang selalu mengharapkan kehadiran dirinya dirumah. Namun, rasa rindu terhadap suami dan ayah itu terkadang hilang begitu saja. Hal ini disebabkan karena setiap kali pulang Udin tidak membawa keriangan bagi anak dan istrinya tapi malah sebaliknya. Udin seringkali pulang dengan keadaan marah-marah dan selalu mengkritik segala hal yang ada di rumahnya. Sikap Udin tersebut selalu dimaklumi oleh istrinya dan kedua anaknya. Terlebih istri Udin selalu meminta anak-anaknya untuk bersabar dan memahami keadaan ayahnya yang jarang pulang dan bekerja jauh dari rumah.
Permasalahan timbul ketika Udin dan keluarganya nyaris mengalami kecelakaan. Walaupun seluruh keluarganya selamat dan terhindar dari kecelakaan tersebut, namun Udin selalu dihantui rasa bersalah karena kecerobohannya, Udin hampir membawa keluarganya dalam sebuah tragedi. Setelah itu dia seringkali merasakan sakit pada beberapa bagian tubuhnya. Karena harus tetap bekerja, akhirnya dia berusaha berobat pada beberapa orang dokter. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya dokter menyarankan Udin untuk menemui psikiater untuk mendapatkan pengobatan. Udin juga sudah melakukan beberapa pengobatan alternatif, tapi sama saja, Badannya terasa sakit dan semakin parah saja, akhirnya Udin pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan seorang psikoterapis Islami.
Setelah melakukan beberapa sesi konsultasi barulah terungkap segala permasalahan yang menekan perasaannya. Tak hanya perasaan dan keiginan Udin tapi juga perasaan dan keinginan serta pandangan istrinya terhadap suaminya. Pada awal sesi konsultasi Udin mengeluhkan pekerjaannya. Udin sudah merasa lelah dan jemu dengan pekerjaan tersebut. Terutama harus jauh dari keluarga yang disayanginya. Namun pekerjaan ini terpaksa harus ia jalani karena memberikan penghasilan yang besar untuk keluarganya dan dari pekerjaan tersebut Udin membuka beberapa usaha yang dikelola oleh anak laki-lakinya. Hal ini dilakukan sebagai persiapan untuk mata pencaharian baru ketika ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Selama dalam pengobatan tersebut otomatis interaksi Udin dengan anak-anak dan istrinya menjadi lebih banyak. Permasalahan mengenai pekerjaan lambat laun berkurang. Tapi keluhan yang muncul selanjutnya adalah behubungan dengan penyesuaian dirinya dengan lingkungan baru, yaitu kedua anaknya dan istrinya sendiri, hal ini juga berhubungan dengan posisinya sebagai kepala keluarga. Menurut istrinya, Udin akan tampak sehat setelah menjalankan sesi konsultasi tapi setiap kali permasalahan muncul maka penyakitnya pun kambuh lagi.
Udin seringkali menyalahkan istrinya atas sikap anaknya yang baginya tidak menghargai dirinya sebagai kepala keluarga dengan selalu membela anaknya walaupun berbuat suatu hal yang baginya adalah suatu kesalahan. Istrinya sulit memberikan penjelasan karena selama ini peraturan yang berlaku di keluarga selalu terjalin tanpa keikutsertaan suaminya. Ketika persinggungan terjadi antara dirinya dengan anak laki-lakinya yang memberikan pinjaman uang usahanya pada seorang kawannya. Udin merasa kecewa karena istrinya tidak membelanya namun justru membela anaknya. Kekecewaan Udin bertambah ketika terjadi perlawanan dari anaknya yang menyatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa dan tidak merugikan usaha, karena selama ini usaha yang dijalankan lancar-lancar saja dan tidak pernah mengalami kerugian. Menurut istrinya, Udin terlalu kerasa dan sensitif kepada kedua anaknya. Khususnya berhubungan dengan kecemasan yang berlebihan terhadap anak perempuannya. Selama ini anak perempuannya tersebut memang selalu pergi les private diantar oleh supir sendirian. Tentu saja sikap ini tidak hanya mempersulit keadaan tapi juga menambah beban pikiran bagi Udin sendiri di satu sisi dan anggota keluarga keluarga yang lain disisi yang lain.
B.       TEORI
1.      Psikopatologi
Psikologi modern telah menemukan berbagai macam ketidaknormalan jiwa seseorang yang mempengaruhi perasaan, pikiran kelakuan dan kesehatan fisik. Kondisi perasaan yang tidak menyenangkan seperti frustasi (perasaan tertekan), konflik jiwa (pertentengan batin), cemas /anxiety (semacam ketakutan yang amat sangat tidak jelas sebabnya dan tidak mudah mengatasinya). Hal-hal semacam ini juga di pengaruhi oleh adanya kepribadian yang tidak sehat dalam diri manusia atau bisa juga disebut sebagai ganggaun kepribadian. Gangguan kepribadian ini kemudian akan membentuk kepribadian yang buruk, dalam peristilahan psikologi perspektif islam hal ini disebut dengan psikopatologi. Dalam Mujib (2006), suatu hal dikatakan psikopatologi karena memiliki dua ciri utama:
a.       Perilaku itu dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri individu, disebabkan adanya simptom-simptom patologis seperti kecemasan, kegelisahan, keresahan, kebimbangan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, konflik, keterasingan, kemurungan dan kemalasan.
b.      Prilaku itu mengandung dosa yang dilarang oleh Allah Swt. Semua kepribadian buruk dilarang oleh-Nya dan siapa yang melanggarnya maka ia mendapatkan siksa-Nya. Prilaku ini mengotori jiwa manusia, berupa titik-titik (nuktah) hitam yang menodai kesucian dan kecemerlangan hati sanubari.
Salah satu dari psikopatologi yang ada dan berhubungan dengan kasus yang telah di bahas sebelumnya adalah psikosomatis. Psikosomatis atau disebut juga dengan gangguan somatoform yaitu suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (seperti; nyeri, mual dan pusing) dimana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Atau disebut juga gangguan psikosomatik yang artinya gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf vegetatif, karena manusia bereaksi secara holistik maka gangguan jiwa senantiasa sedikit atau banyak mempunyai komponen somatik (Ardani, 2008).
Psikoterapi dapat dilakukan untuk membantu seseorang dalam mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan strategi alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka, terapi dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Secara tradisional psikoterapi dan psikoanalisis telah digunakan untuk mengobati gangguan psikosomatik. Dalam terapi psikoterapi islami, semua kelainan tersebut di katakan dengan satu istilah saja, yaitu “penyakit hati”, tidak diuraikan kepada kelompok-kelompok penyakit seperti yang dipopulerkan oleh pakar psikologi abnormal belakangan ini. Sebelum membahas tema diskusi kita mengenai Islam dan Psikoterapi, di bawah ini terlebih dahulu kita simak apa pengertian dari psikoterapi secara umum dan psikoterapi islami.
2.      Psikoterapi dilihat dalam dua perspektif
James P. Chaplin (dalam kamus psikologi : 2009) lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuain diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan nonformal atau diskusi personal dengan guru atau teman.
Pada pengertian di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Dengan demikian, tugas utama psikoterapis di sini adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikoterapis yang dimaksudkan di sini adalah para guru, orang tua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.
Sebenarnya pengertian psikoterapi secara umum dan psikoterapi islam tidaklah jauh berbeda, keduanya sama-sama membahas mengenai sebuah perlakukan yang ditunjukan untuk mengobati mental/jiwa yang sakit. Namun disini Zakiah Daradjat (dalam bukunya “Psikoterapi Islami” : 2002), mengatakan tujuan dari Psikoterapi Islami adalah untuk membatu proses pencapaian tujuan manusia agar sehat jasmani, rohani dan berakhlak mulia berdasarkan ajaran agama Islam, serta menikmati kebahagiaan hidup di dunia yang diridai Allah SWT. Dan mempersiapkan diri untuk mencapai kebahagiaan di akhirat yang dijanjikan-Nya. Bimbingan konseling dan psikoterapi islami didasarkan pada ajaran Islam, yang diisyaratkan dalam Al-Quran dan Hadits sebagai pegangan dan pedoman dasar yang harus dimiliki psikoterapis Islam.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas mengenai psikoterapi, baik secara umum maupun secara keislaman, psikoterapi merupakan sarana penyembuhan gangguan pada mental ataupun jiwa. Dalam islam, gangguan-gangguan sekitar kejiwaan itu disebut dengan penyakit hati. Adapun penyakit-penyakit hati yang mengganggu ketenangan jiwa seperti penyakit riya (narcissistic), was-was, pesimis, tamak, teperdaya, ujub (memuji diri), dendam dan dengki, dan marah.

C.      Pembahasan dan Analisis Kasus
Kembali pada kasus mengenai Udin di atas, setelah diidentifikasi ada 3 hal yang terjadi yaitu : Pertama keadaan Udin yang tidak memberikan kenyamanan dalam rumah dan selalu ingin marah-marah. Kedua Udin tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarganya. Ketiga Udin mengalami psikosomatis dikarenakan kecemasan yang berlebihan terhadap anak-anaknya.

Rounded Rectangle: Symtom2/gejala
1. Mempersepsikan orang lain sebagai ancaman, tidak memiliki kontrol diri yang baik (dalam ucapan dan perbuatan, cendrung berpikir negatif 
2. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan/lingkungan
3. Kecemasan yang berlebihan (obsesif compulsif), merasa fisik tidak baik tanpa ditemukannya penjelasan medis
Rounded Rectangle: Psikopatologi
1. Kepribadian pemarah (ghadhab)
2. Maladaptation
3. Psikosomatis
Rounded Rectangle: Psikoterapi Islam
1. Terapi Wudhu
2. Terapi penerimaan dan syukur
3. Ruqyah




KETERANGAN :
1)      Kepribadian Pemarah (ghadhab)
Gejala perilaku pemarah sama dengan orang yang berpenyakit paranoid, yang secara keliru mempersepsikan orang lain sebagai ancaman, padahal sesungguhnya ia tidak ingin berbuat jahat. Karena itu, ia mengambil sikap bermusuhan dengan orang lain, agar ego dirinya tidak terusik. Pemarah tidak memiliki pertimbangan pikiran yang sehat, bahkan ia cendrung berpikir pendek. Seorang yang berstatus pemarah tidak memiliki kontrol diri yang baik, baik dalam ucapan maupun perbuatan, bahkan ia cendrung berpikir negatif (negative thinking) trhadap maksud baik orang lain (Mujib, 2006).
Menurut al-Ghazali (dalam Mujib : 2006) mengatakan penyakit ghadhab (pemarah) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas, yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran usnsur kelembaban atau basah dalam diri manusia. Dengan itu pengobatan gangguan ini bukan dilawan dengan kemarahan, melainkan dengan kelembutan dan nasihat-nasihat yang baik. Sabda Nabi Saw. Riwayat Abu Dawud dinyatakan:

 “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api itu dapat dipadamkan dengan air, maka barang siapa yang marah hendaklah berwudhu”.

Hadits tersebut selain menunjukkan sumber penyakit marah, juga menunjukkan bagaimana terapinya. Wudhu dijadikan sebagai terapi penyakit marah, karena air yang dibasuhkan pada bagian-bagian wudhu dapat mendinginkan dan menghilangkan ketegangan urat syaraf. Selain itu, wudhu mengingatkan psikis manusia agar berzikir kepada Tuhan-nya, sebab zikir dapat menyembuhkan penyakit batin.

2)      Maladataptation
Berdasarkan kasus Udin di atas, Udin sulit untuk melakukan penyesuaian dengan keluarganya sendiri. Udin tidak bisa menerima kebiasaan yang terjadi di dalam rumahnya sendiri dan masih terobsesi dengan kebiasaan yang ada dalam khayalannya. Udin juga nampak tidak mengamati perkembangan anaknya, tiba-tiba saja Udin menutut anaknya untuk berprilaku sesuai dengan apa yang diharapkannya. Anak merasa terganggu dengan kedatangan ayahnya dirumah. Hal ini membuat anak marah kemudian mereka bertengkar. Keadaan ini yang kemudian memicu penyakit Udin untuk kambuh.
Perilaku Udin yang tidak bisa menyesuaikan diri ini dalam peristilahan psikologi disebut maladaptation. Chaplin  (dalam kamus psikologi : 2009) menjelaskan bahwa maladaptation merupakan kegagalan satu species dalam mengembangkan dirinya dalam kelangsungan kehidupan yang sukses (ketidakmampuan mencocokkan diri).
Terapi yang perlu diberikan kepada Udin adalah sebuah pembiasaan dan penerimaan. Udin sekarang harus dapat menerima kebiasaan baru yang berbeda dengan keadaan di laut. Hal lain yang perlu ditumbuhkan adalah pemahamannya sendiri terhadap permasalahan yang dihadapinya, yaitu dengan mencoba mengajak untuk meyakini bahwa sebagai seorang muslim, sikap putus asa sangat tidak dianjurkan. Udin  harus tetap bersyukur karena walaupun dalam kesulitan tersebut Udin masih memiliki istri yang baik dan pintar, sehingga mampu membimbing anak-anaknya dengan baik, juga anak-anak yang sehat dan keluarga yang lengkap. Dengan bersyukur dan tidak terlalu terobsesi dengan harta maka perlahan-lahan Udin bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di dalam keluarganya.
Syukur adalah proses kejiwaan, dan ungkapan batin atas apa yang diperolehnya tidak hanya dalam bentuk materi namun juga diluar hal tersebut seperti kesehatan, kecerdasan, jabatan, kedudukan, penghargaan dan sebagainya. Syukur itu merupakan bukti dari kesehatan mental seseorang. Allah berjanji akan menambah nikmat-Nya bagi orang yang bersyukur. Firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 :
Yang Artinya“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur; pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
3)      Psikosomatis
Secara umum Udin tampak sakit dan merasa tidak nyaman. Hal ini menyebabkan fisiknya menjadi lemah. Kemudian keadaan ini memaksanya untuk melakukan serangkaian pengobatan. Masalah kemudian berkembang, khususnya berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumahnya sendiri. Hal ini membuat kesehatan Udin semakin menurun.
Gangguan psikosomatis atau disebut juga dengan gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Adapun sifat atau gangguan kepribadian yang seringkali menyertai psikosomatis ini adalah ditandai oleh ciri penghindaran, paranoid, mengalahkan diri sendiri, dan obesesif kompulsif.
Dalam kasus ini tampak sekali betapa sulitnya memperoleh keyakinan kepada Allah, dan bagaimana melatih diri untuk mampu menerima ketentuan Allah. Berapa lama ia menderita penyakit yang menyebabkannya mengunjungi berbagai dokter yang ahli dibidangnya. Setelah penyakit jasmaninya sembuh, dia harus berjuang lagi untuk melatih jiwanya (dirinya) agar mau menyerahkan segalanya pada Allah. Adapun terapi yang diberikan kepadda Udin adalah terapi ruqyah.
Psikoterapi ruqyah adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan kata lain psikoterapi ruqyah berarti suatu terapi penyembuhan dari penyakit fisik maupun gangguan kejiwaan dengan psikoterapi dan konseling Islami dan menggunakan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah merupakan terapi dengan melafadzkan doa baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit (Al-Munawar, 2002). 
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) Al-Qur’an.” (H. R. Ibnu Majah).
  DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawar, H.A.S (2002). Al-Qur'an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press.

Ardani, A. T. (2008). Psikiatri Islam. Malang : UIN Malang Press

Chaplin, J.P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Daradjat, Z. (2002). Psikoterapi Islami. Jakarta: Bulan Bintang
Mujib, A. (2006). Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar