Kamis, 25 Februari 2016

ISLAM DAN PENGUKURAN RASA SYUKUR (Jamaludin)

ISLAM DAN PENGUKURAN RASA SYUKUR
Jamaludin[1]
Magister Sains Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak
Syukur merupakan ucapan terima kasih kepada Tuhan. Namun dalam penelitian ini tidak hanya ucapan (lisan), tetapi dilakukan dengan hati dan amal perbuatan. Penelitian ini mengukur 15 item rasa syukur pada 3 dimensi yaitu hati, lisan, dan amal perbuatan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Subjek penelitian di dapat 233 partisipan berusia 14-17 tahun kelas IX yang bersekolah di SMP Negeri 108 Jakarta. Seluruh item di analisis dengan menggunakan Confirmatory Factor analysis (CFA). Hasilnya dari ketiga dimensi tersebut tidak mengukur rasa syukur dengan amal perbuatan maka peneliti merubah model dengan menganalisis ke 15 item dan hasilnya fit mengukur rasa syukur secara unidimensional.

1. Pengertian Syukur
Kata syukur yang dikutip oleh Ida Fitri Shobihah dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, berasal dari bahasa arab dengan kata dasar “syakara” yang artinya berterima kasih, bentuk masdar dari kalimat ini adalah syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih. Menurut sebagian ulama, Syukur berasal dari kata “syakara”, yang artinya membuka atau menampakkan. Jadi, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat Allah swt yang dikaruniakan padanya, baik dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh Alah swt.
Syukur berarti berterima kasih kepada kepada Allah Swt. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti ucapan dari perasaan senang, bahagia, melegakan ketika mengalami suatu kejadian yang  baik.
Secara istilah, Syukur merupakan suatu tindakan, ucapan, perasaan senang, bahagia, lega atas nikmat yang telah dirasakan, didapatkan, dari Allah Swt.
            Menurut Ridwan Asy-Syirbaani, syukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas nikmat (karunia) yang telah diberikan Allah SWT dalam bentuk keyakinan, ucapan, dan tindakan. Untuk itu seorang yang baik hendaknya bisa mentasyaruf (memanfaatkan nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT sesuai dengan aturan atau ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan tidak untuk memuasakan hawa nafsunya.
Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas  apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kekufuraan adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah Banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah Swt. yang apabila kita  mencoba menghitungnya pasti tidak bisa mengetahui jumlahnya. Hal tersebut telah ditegaskan dalam firman-Nya (Shihab, 1996).
Menurut Mustafa Zahri (1998) syukur adalah keadaan seseorang dalam mempergunakan nikmat yang diberikan oleh Allah Swt kepada kebajikan. Satyawan (2009) bersyukur merupakan menerima dengan sadar anugrah Allah dan menggunakan sesuai dengan yang dikehendakiNya. Khomeini (2004) mengatakan syukur adalah penghargaan nikmat-nikmat Allah, dan makna ini tampak dalam wilayah hati dalam suatu bentuk, dan pada lisan. Emmons (2007) bersyukur merupakan hasil positif yang muncul dari orang lain, baik diluar kemapuan melalui perbuatan atau peristiwa.
Imam ibnu Qoyyim (2004) berpendapat bahwa syukur diaplikasikan dengan hati dengan cara mencintai Allah dan kembali kepadaNya, dan dilakukan dengan anggota badan dengan cara menaati dan mematuhi-Nya serta dilaksanakan dengan lisan dengan cara memuji dan menyanjung-Nya. Menurut Imam al-Ghazali, dalam bukunya Ihya' Ulumuddin mendefinisikan syukur dgn memanfaatkan potensi anugerah yg Allah berikan bagi terlaksananya amal kebaikan dan tercegahnya kemungkaran. Sedangkan menurut Imam ar-Raghib menjelaskan syukur nikmat adlah senantiasa mengingat dan mengungkapkan nikmat, yaitu mengaplikasikan dgn bentuk yg di ridai Allah SWT. Sebaliknya, kufur nikmat adalah melupakan dan menutupi nikmat
Menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah swt dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah swt.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nal [16] : 18)
Allah telah memerintahkan syukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan.
Menurut Emmons & McCullough, 2004), bersyukur terdiri dari tiga hal yaitu emosi, keutamaan, dan trait. Berikut penjelasannya:
a.       Gratitude sebagai emosi
Merupakan keadaan terkait atribusi yang dihasilkan dari dua tahap proses kognitif. Pertama, individu menyadari bahwa ia mendapat keuntungan/manfaat positif. kemudian, individu menyadari bahwa terdapat sumber eksternal dari keuntungan positif yang ia dapatkan.
b.      Gratitude sebagai virtue (keutamaan)
Adam Smith, berpendapat gratitude merupakan keutamaan yang terpenting, penting untuk fungsi masyarakat yang sehat (Smith, 1976; dalam Solomon).
c.       Gratitude sebagai affective trait
McCullough, Emmons, dan Tsang (2002) menggunakan grateful disposition sebagai istilah untuk affective trait. Merekan berpendapat kecenderungan menetap untuk mengenali dan merespon secara positif emosi gratitude, atas kebaikan dan manfaat yang didapatkan dari orang lain





2. Bentuk-Bentuk Syukur
Mengacu kepada pengertian iman, yaitu membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikan dengan amal perbuatan, maka bentuk syukur juga ada tiga, yaitu:
1.      Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari dengan sepenuh bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt. dan tiada seseorang pun selain Allah Swt. yang dapat memberikan nikmat itu. Bersyukur dengan hati juga berupa rasa gembira dan rasa terhadap nikmat yang telah diterimanya.
2.      Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat hamdalah. Bahkan ada beberapa doa yang diajarkan oleh rasul sebagai ungkapan syukur atas nikmat tertentu, misalnya doa setelah makan, doa bangun tidur, doa selesai buang hajat dan lain sebagainya.
3.      Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang telah  Allah berikan. Misalnya menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik. Misalnya: Menggunakan anggota tubuh  untuk melakukan hal-hal yang  positif dan diridhai Allah Swt.
Jika seseorang memperoleh nikmat harta benda, maka ia mempergunakan harta itu sesuai dengan jalan Allah Swt.
Jika nikmat yang diperolehnya berupa ilmu pengetahuan, ia akan memanfaatkan ilmu itu untuk keselamatan, kebahagian, dan kesejahteraan manusia dan diajarkan kepada orang lain; bukan sebaliknya, ilmu yang diperoleh digunakan untuk membinasakan dan menghancurkan kehidupan manusia.
Menurut Peterson dan Seligman (2004) syukur (gratitude) dibagi menjadi 2 yaitu:
a.       Bersyukur secara personal
Ditunjukkan kepada orang yang telah memberikan keuntungan kepada penerima atau diri sendiri.
b.      Bersyukur secara Transpersonal
Ditunjukkan kepada Tuhan, kekuatan yang lebih besar, atau alam semesta. Bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak (peak experience) kekhusyuan.
3. Hakikat Syukur
Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni:
a.       Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt  dan yang lain hanya sebagai  perantara untuk sampainya nikmat, sehingga akan selalu memuji Allah swt dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan.
b.      Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan. Men-syukur-i nikmat bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat yaitu Allah swt.
c.       Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah swt dan anggota badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah swt dengan melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.
Sementara itu Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa mensyukuri anggota tubuh yang diberikan Allah Swt. meliputi 7 anggota badan yang penting
1.      Mata, mensyukuri nikmat ini dengan tidak mempergunakannya untuk melihat hal-hal yang maksiat;
2.      Telinga, digunakan hanya untuk mendengarkan hal-hal yang baik dan tidak mempergunakannya untuk hal-hal yang tidak boleh didengar;
3.      Lidah, dengan banyak mengucapkan zikir, mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt. Dan mengungkapkan nikmat-nikmat yang diberikan.
4.      Tangan, digunakan untuk melakukan kebaikan-kebaikan terutama untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain, dan tidak mempergunakannya untuk melakukan hal-hal yang haram;
5.      Perut, dipakai hanya untuk memakan makanan yang halal/baik dan tidak berlebih-lebihan (mubazir). Makanan itu dimakan sekadar untuk menguatkan tubuh terutama untuk beribadah kepada Allah Swt.;
6.      Kemaluan, dijaga kehormatan dari hal-hal yang dilarang oleh  Allah seperti zina dan pergaulan bebas.
7.      Kaki, digunakan untuk berjalan ke tempat-tempat yang baik, seperti ke masjid, naik haji ke Baitullah (Ka’bah), mencari rezeki yang halal, dan menolong sesama umat manusia.
4. Ayat mengenai syukur
Al-A’raaf: 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Al-Mu’minun: 78
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
As-Sajadah: 9
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖوَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚقَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Hikmah dan Manfaat Syukur
a.       Membuat seseorang bahagia karena apa yang ia dapatkan akan  membawa manfaat bagi ia dan orang-orang sekitarnya.
b.      Allah akan menambah nikmat yang ia peroleh sesuai dengan janji  Allah Swt. dan akan terhindar dari siksa yang amat pedih.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;«Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14] : 7)
c.       Orang yang pandai bersyukur akan disukai oleh banyak orang, karena ia adalah orang yang pandai berterima kasih terhadap sesama.
5. Metodologi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 108 Jakarta. Siswa-siswi yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas VII (9 kelas), kelas VIII (8 kelas), dan kelas IX (8 kelas). Peneliti hanya mengambil sampel kelas 3 yang berjumlah 287 namun peneliti hanya mendapatkan sampel 234 orang dari seluruh kelas IX. Namun, 1 orang dalam sampel gagal karena tidak mengisi lembar pernyataan secara lengkap. Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 233 orang dengan usia 14-17 tahun ( rata-rata=14,53).
Skala rasa syukur ini dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan kajian literatur keislaman.
Skor kala Likert
Respon Pilihan Jawaban
Skor Favorable
Skor Unfavorable
STS = Sangat Tidak Setuju
1
4
TS  = Tidak Setuju
2
3
S = Setuju
3
2
SS = Sangat Setuju
4
1

Blue print skala syukur
Dimensi
Indikator
Fav
Unfav
Total Item
Contoh pernyataan
Hati
Meyakini nikmat
1,2, 3

3
Saya menyadari dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Tuhan
Menghargai nikmat
4, 5

2
Saya merasa gembira ketika mendengar kabar baik
Lisan
Menyukuri nikmat dengan ucapan
6, 8, 9, 10
7
5
Saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang membantu saya
Amal perbuatan
Amal perbuatan
11, 12,13,
14, 15
5
Saya menyisihkan sebagian harta untuk kebahagiaan seseorang
Jumlah
12
3
15


6. Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Peneliti melakukan uji instrumen dengan sejumlah item dari 3 dimensi dari rasa syukur, yaitu hati, lisan, dan amal perbuatan. Uji instrument ini diberikan kepada seluruh sampel. Dalam rangka uji validitas konstruk pada instrumen tersebut, peneliti menggunakan metode CFA (confimatory factor analysis). Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan software LISREL 8.70 (Joreskog dan Sorbom, 1999).
Adapun logika dari CFA menurut Umar (2012):
1.      Ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2.      Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala bersifat unidimensional.
3.      Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matrik S. jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks S – matriks ∑ atau bisa juga dinyatakan dengan S- ∑ = 0.
4.      Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi square. Jika hasil tidak signifikan P-value > 0.05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja.
5.      Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan (sig.<1,96) maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di-drop.
6.      Selanjutnya apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus di-drop. Berarti item tersebut mengukur hal yang berlawanan dengan apa yang hendak diukur. Namun demikian perlu diperiksa kembali apakah item tersebut berupa item negatif (unfavorable). Untuk item yang unfavorable sebelum analisis CFA dilakukan.
7. Hasil
Berikut adalah hasil CFA untuk setiap dimensi :
a. bersyukur dengan hati
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur bersyukur dengan hati. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 16.39, df = 5, P-value = 0.0000, dan nilai RMSEA = 0.099. oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 2.77, df = 4, P-value = 0.059728, RMSEA = 0.000.  (lihat  gambar 1).

Tabel 3. Muatan faktor bersyukur dengan hati
Dimensi
No. Item
Lambda
Std. Error
t-value
Keterangan
Hati
1
0.95
0.05
18.25
Valid
2
0.64
0.06
10.52
Valid
3
0.89
0.06
16.73
Valid
4
0.53
0.06
8.34
Valid
5
0.53
0.06
8.35
Valid

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu bersyukur dalam hati. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.
b. Bersyukur dengan lisan
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur bersyukur dengan hati. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 22.26, df = 5, P-value = 0.00047, dan nilai RMSEA = 0.122. oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 7.74, df = 4, P-value = 0.10138, RMSEA = 0.064.
  
Tabel 4. Muatan faktor bersyukur dengan lisan
Dimensi
No. Item
Lambda
Std. Error
t-value
Keterangan
Lisan
6
0.98
0.09
10.78
Valid
7
0.46
0.07
6.67
Valid
8
0.83
0.09
8.88
Valid
9
0.49
0.07
6.97
Valid
10
0.37
0.07
5.52
Valid
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu bersyukur dalam lisan. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

c. Bersyukur dengan amal perbuatan
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur bersyukur dengan amal perbuatan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 81.68, df = 5, P-value = 0.0000, dan nilai RMSEA = 0.257. Maka itu penulis menghentikan proses analisis pada dimensi ini dikarenakan pada model ini tidak valid seluruhnya.

Tabel 4. Muatan faktor bersyukur dengan amal perbuatan
Dimensi
No. Item
Lambda
Std. Error
t-value
Keterangan
Amal perbuatan
11
-0.54
0.08
-6.86
Tidak valid
12
-0.69
0.08
-8.02
Tidak valid
13
-0.62
0.08
-7.56
Tidak valid
14
-0.13
0.08
-1.59
Tidak valid
15
-0.08
0.08
-1.02
Tidak valid

d. Model unidimensional rasa syukur
Setelah model dengan satu faktor tidak dapat diterima yaitu pada dimensi syukur dengan amal perbuatan. Kemudian penulis melihat apakah keseluruhan item tersebut mengukur satu faktor atau unidimensional yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, artinya benar hanya mengukur rasa syukur.
 Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 508.60, df = 90, P-value = 0.0000, dan nilai RMSEA = 0.0142. oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 75.19, df = 59, P-value = 0.07598, RMSEA = 0.034. 

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu rasa syukur. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.
Tabel 4 Muatan faktor rasa syukur
Dimensi
No. Item
Lambda
Std. Error
t-value
Keterangan
Rasa syukur
1
0.96
0.05
18.27
Valid
2
0.64
0.06
10.24
Valid
3
0.89
0.06
15.99
Valid
4
0.58
0.06
9.78
Valid
5
0.57
0.06
9.58
Valid
6
0.71
0.06
12.21
Valid
7
0.49
0.07
6.99
Valid
8
0.69
0.06
11.81
Valid
9
0.76
0.07
11.18
Valid
10
0.44
0.06
7.38
Valid
11
0.44
0.06
6.94
Valid
12
0.21
0.06
3.21
Valid
13
0.29
0.06
4.74
Valid
14
0.44
0.06
7.49
Valid
15
0.38
0.07
5.43
Valid
.


Diskusi
Pernyataan kuesioner dalam penelitian ini dibuat secara general tidak hanya untuk agama islam saja namun untuk seluruh agama dikarenakan pengambilan sampelnya di SMP Negeri. Penelitian ini dilakukan dengan partisipan yang pada tahap usianya adalah remaja madya. Pada tahap ini menurut Piage, remaja berada pada periode operasi formal yang sudah bisa berpikir abstrak untuk mengoprasionalkan kemampuan yang konkrit (nyata). Pemikiran remaja tidak hanya mempertimbangkan sesuatu (seperti kesatuan yang konkrit) tapi juga sesuatu yang lebih seperti kebebasan melakukan sesuatu, beragama, serta meperpanjang jam malam (Bjorklund & Blasi, 2012).
Dalam penelitian ini setiap dimensi syukur dengan hati dan lisan valid namun tidak dengan dimensi syukur dengan amal perbuatan. Berarti ada kutub/poros berkebalikan antar dimensi khususnya dimensi syukur dengan amal perbuatan. Maka itu penulis menjadikan seluruh item rasa syukur tersebut menjadi satu faktor yang unidimensional. Hasilnya ternyata valid untuk keseluruhan item, yang artinya seseorang dikatakann tidak akan merasa bersyukur jika hanya hati dan lisan saja yang bersyukur. Melainkan, ditambah dengan amal perbuatan.
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.(QS. 2:152)
Penelitian ini harus di uji lebih lanjut pada sampel dengan data demografi, tahapan usia (anak, dewasa atau yang sudah lansia) agar tetap valid dan konsisten. Kemudian, bisa dimungkinkan untuk lebih mengeksplor lagi tentang hubungan sebab akibat pada rasa syukur ini. Untuk penelitian ini juga diharapkan menggunakan tes exploratory factor analysis (EFA), diakarenakan peneliti hanya menguji CFA saja tetapi tidak menguji EFA.
Kesimpulan
Syukur berasal dari kata “syakara”, yang artinya membuka atau menampakkan. Jadi, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat Allah swt yang dikaruniakan padanya, baik dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh Alah swt.
Menurut Emmons & McCullough, (2004), bersyukur terdiri dari tiga hal yaitu emosi, keutamaan, dan trait. Bentuk-bentuk syukur mengacu kepada pengertian iman, yaitu membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikan dengan amal perbuatan. Menurut Peterson dan Seligman (2004) syukur (gratitude) dibagi menjadi 2 yaitu bersyukur secara personal dan bersyukur secara transpersonal. Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni ilmu, hal (kondisi spiritual), amal perbuatan.
Kesimpulan akhir dari hasil ini adalah alat ukur ini valid untuk mengukur rasa syukur 15 item  dan valid juga untuk seluruh agama pada usia ramaja madya di SMP Negeri 108 Jakarta.


Daftar pustaka

Aura Husna (Neti Suriana). (2013). Kaya dengan bersyukur: Menemukan makna sejati bahagia dan sejahtera dengan mensyukuri nikmat Allah. Jakarta: PT. Gramedia  PustakaUtama.

Bjorklund, D. F., & Blasi, C. H. (2012). Child and adolescent development: An integrated approach.  Cengage Learning: USA.

Emmons, R.A., & McCullough, M.E. (2004). The psychology of gratitude. New York: Oxford University Press.

Emmons, R.A. (2007). THANKS! How the new science of gratitude can make you happier. Boston, MA: Houghton-Mifflin.

Imam Ghazali. (1983). Taubat, Sabar dan Syukur (cetakan IV). Terj.  Nur Hichkmah. R. H. A Suminto. Jakarta: PT. Tintamas Indonesia.

Khomein, I. (2004). Insan Illahiah, Penj: M Ilyas. Jakarta: Pustaka Zahra.

McCullough, M.E., Emmons, R.A., & Tsang, J. (2002). The grateful disposition: A conceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 112–127.

Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: A classification and handbook. NewYork: Oxford University Press/Washington, DC: American Psychological Association.

Qoyyim. I., I. (2004). Pesan-pesan spiritual ibnu qoyyim, penerj: Nabhani Idris, 5 (ed). Jakarta: Gema Insani.
Setyawan, P. T. (2009). Menepaki jalan mendaki: sebuah renungan tentang alam, manusia, dan kehidupan. Jakarta: Gema Insani.

Shihab, M. Q. (1996) Wawasan Al-Qur’an: Tafsir maudhu’i atas Pelbagai persoalan Umat.  Bandung: Mizan.

Smith, A. (1976). The theory of moral sentiments (6th ed.). Oxford, England: Clarendon Press. (Original work published 1790)

Syafi’ie el-Bantanie, M. (2009). Dahsyatnya syukur. Jakarta: Qultum Media

Umar, J. (2012). Confirmatory factor analysis: bahan ajar perkuliahan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Zahri, M. (1998). Kunci memahami tasawuf. Surabaya: PT. Binar Ilmu.


INFORMED CONSENT
Assalamu’alaikum Wr. Wb/ Selamat Pagi/Siang
Saya adalah mahasiswa fakultas Magister Sains Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konstruksi Alat Ukur Psikologi. Berkaitan dengan ini saya memohon bantuan dari Anda untuk mengisi skala ini. Isilah setiap butir pernyataan sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Semua jawaban Anda akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasamanya saya mengucapkan banyak terima kasih.
Identitas Responden
Nama/Inisial         :                                                           kelas    :                                  
Jenis Kelamin       :                                                           Usia     :           Tahun
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan mengenai rasa bersyukur anda. Bacalah dengan teliti sesuai dengan pernyataan-pernyataan berikut dengan menyilangkan (x) salah satu kolom. Jawablah pernyataan tersebut sesuai dengan gambaran diri anda.
STS = Sangat Tidak Setuju              S = Setuju
TS  = Tidak Setuju                            SS = Sangat Setuju
No
Pernyataan
STS
TS
S
SS
1
Saya menyadari dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Tuhan




2
Walaupun hanya sedikit, Saya merasa senang menyukuri nikmat tersebut.




3
 Saya yakin dengan bersyukur, Tuhan akan menambahkan segala nikmat-Nya




4
Saya merasa gembira ketika mendengar kabar baik




5
Menurut saya manusia yang baik adalah dengan menghargai hidupnya




6
Saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang membantu saya




7
ketika merugikan, Saya mencela nikmat-nikmat yang diberikan




8
Saya bersyukur dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan yang telah menciptakan




9
Sebagai wujud terima kasih, Saya berkata dengan perkataan yang baik




10
Saya berkata kepada orang lain mengenai betapa indahnya dunia ini




11
Saya menyisihkan sebagian harta untuk kebahagiaan seseorang




12
Saya lebih mengutamakan menolong orang lain yang membutuhkan dibandingkan diri sendiri




13
Saya melakukan kebaikan-kebaikan terutama untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain.




14
Ketika orang lain mengajak untuk berbuat baik, saya menolaknya




15
Saya acuh ketika orang membutuhkan bantuan saya







[1] Email: jamaludin09@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar